LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN MINUMAN I ANALISA GULA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MAKANAN MINUMAN I
ANALISA GULA
( Metode Luff
Schoorl)
Dosen Pengampu :
Hj. Dheasy Herawati, S.Si., M.Si
Disusun oleh kelompok B :
1. Karisma Ayu Ningtyas
2. Vira Safitri
3. Laurensius Ariyanto
4. Titania Wahyu Eka Dinata
5. Maulia Yunia Aisyah
6. Wahyu Utami
7. Sholehatul Mardiyah
8. Jitro Hello
9. M. Bazid Hariri
10. M. Bagus Prasetyo
UNIVERSITAS MAARIF HASYIM LATIF SIDOARJO
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Karbohidrat secara sederhana dapat
diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul- molekul karbon(c) , hidrogen
(h) dan oksigen(o)atau karbon dan hidrat(H2O) sehingga dinamakan karbohidrat.
Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melalui proses fotosintesis antara air
(H2O) dengan karbon dioksida(CO2) dengan bantuan sinar matahari(UV)
menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Karbohidrat adalah sumber energi utama
bagi tubuh manusia . manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari
makanan pokok yang dikonsumsi seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan
lain-lain.akan tetapi bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada golongan
bahan makanan yang telah disebutkan diatas , pada golongan
buah dan beberapa jenis sayur dan kacang-kacangan sudah terdapat kandungan
karbohidrat meskipun kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan umbi
(Apriyanto,1999).
Karbohidrat dapat digolongkan menjadi 2
macam yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat komplek atau dapat pula
menjadi 3 macam yaitu monosakarida , disakarida , dan polisakarida. Gula adalah
suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer . Karbohidrat yang termasuk ke dalam kelompok yang dapat
dicerna adalah glukosa , fruktosa ,laktosa , maltosa dan pati.
Pati atau amilum adalah karbohidrat
komplek yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih , tawar dan tidak
berbau .pati merupakan bahan utama yang di hasilkan oleh tumbuhan untuk
meyimpan kelebihan glukosa dalam jangka panjang .hewan dan manusia juga
menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting (Hartati, 2002).
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimana
cara atau metode menganalisa kadar gula dari suatu bahan(sirup bermerk)?
1.3
Tujuan
Praktikum
Dari pratikum ini diharapkan mahasiswa
mampu menganalisa kandungan gula dari suatu bahan menggunakan metode luff
schoorl .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai
kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton
bebas. Contoh gula yang termasuk gula
reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa dll. Karbohidrat
dapat digolongkan menjdi 2 macam yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks. Atau bisa juga kjadi tiga macam yaitu monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber
energi dan merupakan oligosakarida, poklimer. Monosakarida akan mereduksi CuO
dalam larutan luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3.
Metode Luff Schoorls ini baik digunakan
untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl terdapat 2 cara pengukuran yaitu dengan
penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur LaeEynon.
Inversi sukrosa menghasilkan gula
invert atau gula reduksi ( glukosa dan
fruktosa .gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula
akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker(1987) dkk. Dalam kuswurj (2008 )
laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur
tinggi dan berkurang dalam pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi
yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel
melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar
gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaanya dan
tidak memerlukan biaya yang mahal adalah metode luff schroorl. Metode luff schrool merupakan metode yang digunakan
untuk menentukan kandungan gula dalam sampel .
Metode ini didasarkan pada pengurangan ion
Tembaga (II) dimedia alkalin oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa
Tembaga. Ion Tembaga (II) yang di peroleh Tembaga(II) sulfat dengan Sodium Karbonat
disisa alkali pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini.pembentukan(II)
hidroksin dalam alkalin dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan
penambahan kompleksierungsmitel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi
tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil
akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida. (Rivai,
2005)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat Praktikum
Hari/ tanggal : Kamis / 3 Oktober 2019
Pukul :
08.00 – 11.00
Tempat :
Laboratorium Kimia
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat :
·
Erlenmeyer
·
Gelas ukur
·
Pendingin tegak
·
Buret
·
Pipet ukur, pipet tetes
·
Corong
·
Gelas beker
3.2.2
Bahan :
·
Sampel (syrup)
·
Pb asetat
·
Na2CO3
·
Reagen Luff Schoorl
·
KI 20%
·
H2SO4
·
Na Thiosulfat 0,1 N
·
Indikator pati 1 %
3.3
Cara
Kerja
1. Sirup
1-2 gr dimasukkan pada labu ukur 250ml + 10ml pb asetat 10 %, pengujian pb asetat
sudah cukup atau belum, dengan ditetesi
Na2HPO4 10 % atau Na2CO3 atau K/Na oksalat 10% bila timbul endapan berarti
penambahan sudah cukup
2. Kemudian
tambah 15ml Na2HPO410% atau Na2CO3 atau K/Na oksalat 10% (cukup untuk
menghilangkan kelebihan pb)
3. Setelah
mengendap semua, lalu ditepatkan sampai tanda batas , kocok dan biarkan 30
menit kemudian disaring
Kemudian lakukan tahapan berikutnya
dibawah ini :
Catatan :
Bila bahannya sirup jernih (tanpa adanya
penambahan bahan bahan yang membuat keruh) maka setelah ditimbang dimasukkan
dalam labu ukur 250ml. Kemudian ditepatkan hingga garis kemudian dikocok (tanpa
penambahan Pb sub setat dan Na2HPO4)
Gula Sebelum Inversi
1. Pipet
filtrat 5ml masukkan pada erlenmeyer 250ml yang bertutup asah + 20ml luff
school, panaskan dengan diberi pendingin sampai terbentuk endapan merah (Cu2o)
dari mendidih ditunggu 15 menit kemudian diangkat dan didinginkan.
2. Setelah
dingin + KI 20% 15ml, kemudian ditambahkan 15 ml H2SO4 4N atau 20% sampai
terbentuk I2, kemudian langsung
dititrasi dengan Na thio 0,1 N dengan indikator kanji
Gula Sesudah Inversi
1. Pipet
filtrat 50 ml dimasukkan kedalam beker glas 250ml+5 ml HCL pekat, kemudian
dipanaskan 67-70 C selama 1 jam, angkat dan dinginkan kemudian dinetralkan
dengan NaOH 30% dengan indikator pp (hingga timbul warna merah)
2. Kemudian
dimasukkan dalam labu ukur 100ml dan tetapkan sampai garis kocok, larutan dari
labu ukur 100ml ini, dipipet 5ml+ 20 ml luff school panaskan dengan diberi
pendingin sampai terbentuk endapan merah bata, kemudian dikerjakan seperti
sebelum inversi
Blanko
Pipet 20ml luff schoorl dimasukkan
erlenmeyer 15ml KI 20% + 15ml asam sulfat 4N atau 20% dan dititrasi dengan Na
thio sulfat 0,1 N dengan larutan kanji 1% sebagai indikator.
Konsep Perhitungan
ml blanko dikurangi ml test
dijadikan atau dikonversi setara dengan beberapa ml thio 0,1 N. Dicari dalam
daftar tabel luff schoolrl, beberapa mg gula yang setara dengan thio yang
dipergunakan.
Perhitungan
Ø Kadar
Gula Sebelum Diinversi
Ø Kadar
Sakarosa = (% sesudah inversi - % sebelum inversi) x 0,95
Ø Kadar
Gula Total = % sesudah inversi x 0,95
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kelompok
|
Hasil
|
||||
N. standarisasi
|
Angka
tabel
|
% Gula
|
|||
Sebelum
Inversi
|
Sesudah
inversi
|
Sebelum
inversi
|
Sesudah
inversi
|
||
1
|
0,0128
N
|
1,23904
|
1,9599
|
0,072
%
|
0,228
%
|
2
|
|||||
3
|
0,0164
N
|
16,668
|
22,317
|
1,076 %
|
2,908
%
|
4
|
0.0174
N
|
40,096
|
58,17
|
1,002
%
|
2,777
%
|
5
|
0,0131
N
|
52,13
|
62,70
|
1,303
%
|
3,135
%
|
4.2 Perhitungan
Kelompok 1
N
standarisasi
V1. N1 (Na thiosulfat) =
V2.N2 (KIO3)
77,6 . N1 = 10 . 0,1
N1 =
0,0128 N
Angka
tabel sebelum inversi
(V. blanko x V.
Titrasi sampel) x 
(8,8
x 11) x
= 96,8 x 0,128 = 1,23904
Angka
tabel 1,23904 = 2,4
+ (0,2 x 2,4)
=
0,48 + 2,40
=
2,88
Angka
tabel sesudah inversi
(V. blanko x V. Titrasi
sampel) x 
(8,8 x 11) x
= 176,8 x 0,128 = 1,95999
Angka
tabel 1,95999 =
2,4 + (0,9 x 2,4)
=
2,16 + 2,4
=
4,56
%
Gula sebelum inversi
%
Gula sesudah inversi
Kelompok 3
N
standarisasi
V1. N1 (Na thiosulfat) =
V2.N2 (KIO3)
60,7 . N1 = 10 . 0,1
N1 =
0,0164 N
Angka
tabel sebelum inversi
(V. blanko x V.
Titrasi sampel) x 
(8,4
x 12,1) x
= 145,6 x 0,164 = 16,668
Angka
tabel 16,668 = 41,3
+ (0,6 x 2,9)
=
1,74 + 41,3
=
43,04
Angka
tabel sesudah inversi
(V. blanko x V. Titrasi
sampel) x 
(8,4 x 16,2) x
= 176,8 x 0,164 = 22,317
Angka
tabel 22,317 =
59,1 + (0,3 x 3,1)
=
0,93 + 59,1
=
58,17
%
Gula sebelum inversi
%
Gula sesudah inversi
Kelompok 4
N standarisasi
V1. N1 (Na thiosulfat) =
V2.N2 (KIO3)
70,7 . N1 = 10 . 0,1
N1 =
0,0174 N
Angka
tabel sebelum inversi
(V. blanko x V.
Titrasi sampel) x 
(7,4
x 12,1) x
= 89,54 x 0,174 = 15,579
Angka
tabel 15,579 = 38,5
+ (0,57 x 2,8)
=
38,5 + 1,596
=
40,096
Angka
tabel sesudah inversi
(V. blanko x V. Titrasi
sampel) x 
(7,4 x 16,2) x
= 119,8 x 0,174 = 20,85
Angka
tabel 20,85 =
53 + (0,85 x 3)
=
53 + 2,55
=
55,55
%
Gula sebelum inversi
%
Gula sesudah inversi
Kelompok 5
N standarisasi
V1. N1 (Na thiosulfat) =
V2.N2 (KIO3)
76 . N1 = 10
. 0,1
N1 =
0,0131 N
Angka
tabel sebelum inversi
(V. blanko x V.
Titrasi sampel) x 
(13
x 11,2) x
= 145,6 x 0,131 = 19,07
Angka
tabel 19,07 = 50,1
+ (0,7 x 2,9)
=
50,1 + 2,03
=
52,13
Angka
tabel sesudah inversi
(V. blanko x V. Titrasi
sampel) x 
(13 x 13,6) x
= 176,8 x 0,131 = 23,16
Angka
tabel 23,16 =
62,2 + (0,16 x 3,1)
=
62,2 + 0,496
=
62,7
%
Gula sebelum inversi
%
Gula sesudah inversi
4.3
Pembahasan
Analisa gula pada
praktikum ini menggunakan analisa kuantitatif dengan menggunakan metode luff
schoorl. Mula-mula kuprooksida yang ada pada reagen akan membebaskan iod dan
garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na
thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi
sudah cukup, maka dibutuhkan indikator amilum yang ditambahkan pada saat
setengah reaksi dengan terbentuknya perubahan warna biru menjadi putih. Selisih
banyaknya titrasi blanko dan sampel setelah disesuaikan dengan tabel yang
menggambarkan hubungan banyaknya Na thiosulfat dengan banyaknya gula reduksi
(Sudarmadji, 2010)
Prosedur pertama yang
dilakukan adalah preparasi sampel dengan bertujuan untuk membebaskan gula
pereduksi dari zat pencampur, setelah itu penambahan akuades dilakukan untuk
melarutkan komponen yang terdapat dalam sampel sehinggan menimbulkan warna
keruh pada sampel tersebut. Kekeruhan larutan karbohidrat disebabkan oleh
protein dan zat koloidal lain serta zat warna dan adanya asam organik yang
dapat mengganggu pengamatan (Sudarmadji, 2010)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa
pada hasil perhitungan analisa gula tersebut menunjukkan bahwa kadar gula
tertinggi pada sampel sirup dengan kadar gula sebelum inversi 1,303 % dan kadar
gula sesudah inversi 3,135 %
5.2 Saran
Dalam menentukan
penetapan kadar gula ini, sebaiknya
praktikkan lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan langkah-langkah praktikum
seperti penimbangan sampel agar tidak terjadi kesalahan yang akan berpengaruh
pada perhitungan kadar gula pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, A. 1999. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Bogor. Graha utama
Hartati. 2002. Analisis Kadar Pati Dan Serat. Yogyakarta: kanisius swantara
Rivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta.
Penerbit UI
Yunarso, A. 2019. Buku Panduan Praktikum Kimia Makanan Minuman
I. Sidoarjo
Sudarmadji, Slamet dkk. 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty Yogyakarta. Yogyakarta
Comments
Post a Comment